---:::SIGMA KOMPUTER MITRA PROFESIONAL SOLUSI SERVICE KOMPUTER / LAPTOP ANDA HUB WA: 0812 9304 3286:::----
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 25 Januari 2025

Organisasi & Manajemen

 Organisasi adalah kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki paling sedikit satu tujuan umum yang sama dan menyediakan ruang bagi mereka untuk mengaktualisasikan potensinya guna mewujudkan tujuan umum yang sama itu. Agar tujuan-tujuan itu bisa dicapai bersama seperti yang dikehendaki maka organisasi membutuhkan manajemen.

Manajemen adalah proses untuk mengelola sumber-sumber organisasi. Ada dua pemegang kepentingan yang bisa mempengaruhi organisasi, baik secara langsung maupun tidak secara langsung, yaitu kekuatan Sistem Internal dan Lingkungan Eksternal.

Karena organisasi adalah kumpulan dua orang atau lebih maka  pengelolaan organisasi tidak akan lepas dari pembahasan kekuasaan. Namun, dalam hal ini, pemikiran Mary Parker Follet[1], nabi manajemen (1868-1933), mengenai circular behaviour atau perilaku yang saling mempengaruhi diantara anggota organisasi, perlu diperhatikan. Prinsip kekuasaan[2] menurut Mary Parker Follet adalah tidak berada di atas tetapi bersama, sehingga distribution of power[3] getting things done through other people,  sangat mudah dimengerti sebagai sebuah penjelasan apa itu manajemen dibanding pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh manajemen dan perilaku organisasi yang lain. itu menjadi sangat penting untuk manggerakkan organisasi.

Pemikiran Mary Parker Folet tersebut menjelaskan bahwa manajemen adalah sebuah usaha kolektif, bukan usaha individual. Sebagai sebuah usaha kolektif, kekuasaan didistribusikan ke jenjang dibawahnya.

Distribusi kekuasaan terjadi secara berjenjang dan mencerminkan penjenjangan organisasi, dari tingkat paling tinggi ke tingkat paling rendah. Masing-masing tingkat memiliki fungsi yang berbeda-beda namun terangkai dalam satu sistem jaringan organisasi yang saling melengkapi dan membutuhkan untuk mewujudkan tujuan organisasi secara bersama. Jadi, kolektifitas usaha itu tidak lain adalah rangkaian kegiatan dari masing-masing fungsi dalam sistem jaringan organisasi. Dengan kata lain, kerjasama untuk mewujudkan tujuan dan sasaran-sasaran organisasi yang dilakukan oleh fungsi-fungsi organisasi atau unit-unit organisasi adalah sebuah usaha kolektif yang dilakukan oleh semua anggota organisasi.

Perilaku sirkular yang dicetuskan oleh Mary Parker Follet 1920 itu kemudian dapat dijumpai dalam visualisasi anatomi organisasi Robbins[4] beberapa windu kemudian. Menurut Robbin, interaksi antara individu dengan indvidu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok adalah saling mempengaruhi. Dalam hal ini, Robbin membagi anatomi organisasi menjadi tiga bagian yaitu Individu, Kelompok, dan Sistem.

Persepsi individu mengenai organisasi terbangun dalam proses belajar individu melalui komunikasi individu dengan kelompoknya. Selanjutnya, interaksi terjadi pula dalam komunikasi antar kelompok dalam struktur kelompok dimana pemimpin berperan. Yang terakhir, pemimpin melalui struktur dan disain organisasi serta kebijakan dan peraturan organisasi berusaha untuk membentuk budaya organisasi di tingkat sistem. Namun demikian, ketika obyek dari peratutan dan kebijakan organisasi, struktur dan disain organisasi, dan budaya organsasi adalah manusia dan kelompok maka interaksi yang saling mempengaruhi akan terjadi secara timbal balik. Inilah sebenarnya esensi perilaku sirkular dalam sebuah organisasi.

Pada struktur organisasi yang ditayangkan pada Peraga diatas  tampak jelas bagaimana pemimpin organisasi secara strtuktural bukan hanya mendistribusi sebagian kekuasaannya kepada jenjang organisasi dibawahnya melalui para manajer namun juga mentransformasi gagasan-gagasan, sistem nilai serta kompetensi agar organisasi berjalan sesuai dengan arah dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Mereka adalah rantai manajemen antar jenjang organisasi, yaitu para manajer. Para manajer ini yang memainkan peran strategis yaitu komunikasi dalam organisasi Dengan kata lain, para pemimpin organisasi di satu sisi membutuhkan dukungan anggota organisasi melalui jenjang–jenjang organisasi, namun di sisi yang lain menghendaki agar gagasan-gagasan mereka dijalankan dengan sistem nilai yang dikehendaki oleh organisasi. Disinilah sebenarnya proses interaksi yang saling mempengaruhi tersebut terjadi dimana setiap pemimpin unit organisasi adalah rantai manajemen pada setiap jenjang organisasi yang akan menjadi jembatan bagi transformasi gagasan dan kompetensi mengenai sistem nilai yang dikembangkan dalam organsiasi.

Masing-masing rantai manajemen mempunyai domain dan karakteristik keahlian manajerial yang berbeda,  juga dibidang dimensi waktu perencanaan serta Proses Manajemen. Semakin tinggi jenjang manajemen maka semakin stratejik proses manajemen dan berdimensi jangka panjang, oleh rena itu membutuhkan keahlian manajerial yang lebih bersifat konseptual. Sebaliknya, semakin rendah jenjang manajemen maka proses manajemen semakin taktis dan berdimensi waktu pendek sehingga keahlian manajerial juga semakin fokus kepda domain fungsi operatif manajemen.

Hubungan antar jenjang manajemen dijalin oleh rantai manajemen yaitu manajer-manajer fungsi. Peran manajemen sebagai proses Perencanaan hingga Pengendalian sangat krusial disini agar semua anggota organisasi bergerak dan berperilaku sesuai dengan harapan organisasi. Maka sistem pengendalian manajemen harus ada dan didisain sesuai dengan kebutuhan manajemen.

______________________

 Infed, Mary parker Follet, on line 18 Juni 2006, http://www.infed.org/thinkers/et-foll.htm []

  1. David M. Boje & Grace Ann Rosile, Mary Parker Follett’s theory of power circularity and workplace democracy, on line 18 Juni 2006, http://cbae.nmsu.edu/~dboje/papers/CleggFollett4_index.html []
  2. Mary Parker Follett, The New State (1918), on line 18 Juni 2006, http://sunsite.utk.edu/FINS/Mary_Parker_Follett/Fins-MPF-01.html []

Prinsip-Prinsip Dasar Ber-Organisasi

Sebelum mulai mendirikan sebuah organisasi, ada baiknya Anda harus mengetahui hal-hal apa saya yang penting dalam mengelola sebuah organisasi. Hal ini diperlukan agar dalam menjalankan roda organisasi kita dapat menyelesaikan kendala-kendala yang akan muncul. Simak 12 prinsip-prinsip dalam ber-Organisasi di bawah ini:

1. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.

Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.

2. Prinsip Skala Hirarkhi.

Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.

3. Prinsip Kesatuan Perintah.

Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.

4. Prinsip Pendelegasian Wewenang.

Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya lagi.

5. Prinsip Pertanggungjawaban.

Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.

6. Prinsip Pembagian Pekerjaan.

Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.

7. Prinsip Rentang Pengendalian.

Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.

8. Prinsip Fungsional.

Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya.

9. Prinsip Pemisahan.

Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.

10. Prinsip Keseimbangan.

Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana (tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.

11. Prinsip Fleksibilitas.

Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.

12. Prinsip Kepemimpinan.

Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.

This entry was posted in Makalah and tagged Makalah Tentang Prinsip-Prinsip Organisasi, Prinsip Fleksibilitas Organisasi, Prinsip Fungsional dalam Oragnisasi, Prinsip Kepemimpinan dalam Organisasi, Prinsip Kesatuan Perintah, Prinsip Pembagian Pekerjaan Dalam Organisasi, Prinsip Pendelegasian Wewenang, Prinsip Pertanggungjawaban, Prinsip Rentang Pengendalian, Prinsip Skala Hirarkhi Organisasi, Prinsip-Prinsip Organisasi, Tujuan Mendirikan Organisasi, Tujuan Organisani. Bookmark the permalink

Hukum mendirikan yayasan dan organisasi untuk dakwah

Syaikh Yahya Al-Hajuri hafidhzohullaah

Soal :

Apa hukum mendirikan yayasan atau organisasi untuk menyebarkan da`wah salafiyyah? karena di negeri kami kalau yayasan atau organisasi ini tidak berdiri maka kebanyakan orang tidak tertarik kepadanya bahkan mereka menuduhnya sebagai da`wah yang sesat. Maka sebagian da`i mendirikannya untuk kesinambungan  da`wah ini. Jazakumullahu Khairan.

Jawab :

Saya katakan kepadamu wahai saudaraku ajarkanlah pelajaran di masjid dan tetaplah di dalamnya walaupun sendiri. Barangsiapa yang datang kepadamu di atas kebaikan dan sunnah dan walaupun hanya sepuluh orang bersamamu dan kamu ajari mereka kitab dan sunnah  maka engkau dianggap sebagai da`i yang beruntung dan berhasil.

Demi Allah sepuluh orang yang datang kepadamu dan kamu mengajari kitab Allah dan sunnah Rasulullah shallallahu `alaihi wa aalihi wa sallam kepada mereka dan mereka keluar sebagai ulama dan da`i maka sesungguhnya engkau beruntung. Tinggalkanlah keinginan mencari pengikut yang banyak dan mengumpulkan pengikut dari sana dan sini dengan alasan orang awwam berkata demikian mereka menginginkan demikian dan mereka menyukai demikian.

Wahai saudaraku, orang-orang awwam sangat butuh pengarahan untuk diri mereka sendiri bukanlah mereka yang mengarahkanmu dan menguasaimu, sebaliknya kamulah yang harus menjelaskan kepada mereka bahwa belajar agama di masjid adalah lebih utama. Dan bahwasanya kita salafiyyun tidak butuh terhadap organisasi, karena organisasi ini tidaklah mendatangkan sesuatu bagi manusia kecuali percekcokan, penyakit, perpecahan dan perselisihan serta menyempitkan dada.

Rasulullah Shallalahu `alaihi wa aalihi wa sallam bersabda:

«من أحدث فى أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد»

“Barangsiapa yang mengada-ada dalam perkara agama kami ini maka yang ia bukan bagian darinya maka ia tertolak” (Hadist Aisyah Radiyallahu `anha Riwayat Al-Bukahri (2697) dan Muslim (1718))

Demi Allah ketetapan dan kondisi  perkara ini di zaman  Rasulullah shallallahu `alaihi wa aalihi wa sallam sudah ada. Ustman bin Affan radhiyallahu `anhu dia adalah golongan hartawan, Abdurrahman bin `Auf radhiyallahu `anhu ia adalah golongan hartawan dan Abu Thalhah setelah itu menjadi golongan hartawan juga dan sejumlah  hartawan dari shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di sisi mereka ada Ashaabus Suffah. Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi shodaqoh maka beliau mengirimkan shodaqoh itu kepada mereka sebagaimana riwayat dari Abu Hurairah (diriwatkan Al-Bukhari 6452) dan jika beliau diberi hadiah maka beliau mengambil sebagiannya kemudian beliau memberikan kepada mereka dan beliau tidak berkata “Berkumpullah kalian dan buatlah kotak infaq atau organisasi untuk Ashabus Suffah dan yang semisal dengan Ashabus Suffah“. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika didatangi tamu maka beliau mengirim tamu itu kepada keluarga-keluarga beliau, maka beliau tidak mendapatkan sesuatu kecuali air. Setiap istri beliau berkata, “Demi Allah kami tidak memiliki sesuatu keculai air,” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Siapa yang hendak menjamu tamu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”  maka dibawalah dia oleh salah seorang shahabat beliau dan ia diberi makan makanan anak kecil. (Hadist tersebut di dalam As-Shahihain dari hadist Abu Hurairah, Al-Bukhari 4889 dan Muslim 2094)

Janganlah salah satu  di antara kalian merasa gentar dan takut untuk mengatakan kebenaran. Demi Allah organisasi-organisasi ini tidaklah datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya katakan ini dengan terus terang!! Ia tidaklah datang kecuali dari orang-orang yang menganggap baik dalam agama mereka. Mereka tidak memiliki syara’ yang benar yang mereka jalani di dalam agama mereka. Karena itu mereka mendatangkan sesuatu dari mereka sendiri untuk mereka jalani seperti Jam’iyyah Yunus, organisasi ini, organisasi itu. Adapun kita, maka agama kita adalah agama rahmah dan agama kita adalah agama yang benar, memberi hak pada setiap yang berhak mendapatkannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

«الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا»

“Seorang mukmin dan mukmin yang lain ibarat bangunan. Yang mana sebagiannya mengokohkan sebagian yang lain.” (Hadits Abu Musa Al Asy’ari, Bukhari 481 dan Muslim 2585)

«مثل الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ»

“Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam menyayangi dan mencintai sesama mereka seperti satu jasad.” (Muttafaqun ‘alaihi dari hadits Nu’man bin Basyir)

Sedangkan agama kita adalah agama yang mensyariatkan zakat, sedekah, dan berbuat baik kepada orang tua dan memberi hak tetangga, hak persaudaraan dan memuliakan tamu, maka kita tidak butuh terhadap organisasi semacam ini. Kita berjalan di atas jalan salaf kita –rahimahumullah-.

(Al As’ilah Al Indonisiah, 25 Jumadi Tsaniyah 1424 H)

Dasar mendirikan organisasi

Sebelum mulai mendirikan sebuah organisasi, ada baiknya Anda harus mengetahui hal-hal apa saya yang penting dalam mengelola sebuah organisasi. Hal ini diperlukan agar dalam menjalankan roda organisasi kita dapat menyelesaikan kendala-kendala yang akan muncul. Simak 12 prinsip-prinsip dalam ber-Organisasi di bawah ini:


1. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.

2. Prinsip Skala Hirarkhi.
Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.

3. Prinsip Kesatuan Perintah.
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.

4. Prinsip Pendelegasian Wewenang.
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya lagi.

5. Prinsip Pertanggungjawaban.
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.

6. Prinsip Pembagian Pekerjaan.
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.

7. Prinsip Rentang Pengendalian.
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.

8. Prinsip Fungsional.
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya.

9. Prinsip Pemisahan.
Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.

10. Prinsip Keseimbangan.
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana (tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.

11. Prinsip Fleksibilitas.
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.

12. Prinsip Kepemimpinan.
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.

Mendirikan dan Memperbaharui Organisasi

Dalam berbagai aktifitas, kita selalu berkaitan dengan organisasi. Organisasi adalah suatu proses tersusun yang orang-orangnya berinteraksi untuk mencapai tujuan.

Tujuan mendirikan organisasi

Tujuan organisasi berlingkup dari tujuan perusahaan keseluruhan sampai tujuan-tujuan khusus yang ditetapkan untuk masing-masing Karyawan. Tujuan-tujuan yang lebih luas menyangkut kemampuan, penjualan, pangsa pasar, dan jasa dipecah ke dalam tujuan-tujuan untuk masing-masing divisi, masing-masing pabrik, masing-masing departemen, masing-masing kelompok kerja dan masing-masing karyawan individual.

Definisi Organisasi itu mencakup tiga elemen pokok, yaitu :

  1. Struktur organisasi
  2. Interaksi manusia, dan
  3. kegiatan yang mengarahkan pada tujuan

 

BAB I

STRUKTUR ORGANISASI

Struktur organisasi merujuk kepada cara dimana kegiatan-kegiatan sebuah organisasi yang dibagi, diorganisasikan, dan dikoordinasikan. Deskripsi Emaest Dale tentang organisasi sebagai proses 5 langkah memberikan sebuah kerangka kerja yang bagus untuk pembahasan kita.

  1. Merinci semua pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi. Misalnya, tujuan rumah sakit adalah untuk merawat orang sakit.
  2. Membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan yang secara logis dan menyenangkan agar dapat dilaksanakan oles satu atau sekelompok orang. Ini diacu sebagai pembagian kerja ( Division of Work ).
  3. Menggabungkan tugas-tugas dengan cara yang logis dan efisien. Pengelompokan karyawan dan tugas-tugas tersebut, pada umumnya dikenal sebagai departementalisasi.
  4. Menetapkan mekanisme untuk koordinasi. Integrasi dari usaha-usaha individual, kelompok dan bagian akan mempermudah pencapaian tujuan.
  5. Memantau efektifitas struktur organisasi dan melakukan penyesuaian-penyesuaian sejauh itu diperlukan.

 

BAB II

INTERAKSI MANUSIA

Adanya struktur organisasi yang mapan sangat diperlukan untuk manjamin agar rencana manajer dapat di laksanakan.

Manajer harus manyusun suatu struktur organisasi yang orang-orang serta sumber-sumber fisiknya dipersiapkan dengan baik untuk melaksanakan rencana dan mencapai tujuan keseluruhan.

Jika suatu perusahaan tumbuh, maka kebutuhan akan organisasi akan semakin meningkat. Dengan semakin besarnya perusahaan, kiranya semakin diperlukan adanya spesialisasi dan jumlah karyawan yang lebih banyak. Misalnya mempunyai satu angkatan penjualan tidak hanya seorang salesmen atau dapat juga mempunyai satu departemen akuntasi, tidak hanya satu pemegang buku. Banyaknya personalia dengan spesialisasi yang ada tidak memungkinkan bagi seseorang untuk menangani seluruh kegiatan. Karena manajer menghadapi jumlah karyawan yang besar, maka diperlukan adanya organisasi. Di dalam organisasi, setiap anggota atau pelaku pengorganisasian terdapat adanya sistem tugas, hubunga wewenang, tanggung jawab dan pertanggung jawaban yang dirancang oleh manajer agar pekerjaan dapat dilakukan. Dan juga adanya suatu jaringan hubungan pribadi dan social yang mungkin tidak dilakukan atas dasar hubungan wewenang.

 

BAB III

Kegiatan Yang Mengarah Pada Tujuan

Dalam setiap organisasi, kegiatan yang dilakukan harus mengarah pada tujuan. Kegiatan tersebut seperti :

  1. Bisnis atau usaha kecil

Bisnis kecil memainkan peran sentral dalam hidup kita karena kita melakukan kelayakan aktifitas ekonomi kita dengan orang yang menjalankan bisnis kecil. Bisnis kecil dapat diartikan sebagai bisnis yang dimiliki dan dikelola oleh orang setempat. Seringkali dengan beberapa orang pegawai bekerja di satu tempat. Ada Juga, arti bisnis kecil menurut definisi pemerintah Amerika Serikat adalah bisnis yang mempunyai pegawai kurang dari 500 orang. Mungkin bagi anda, bisnis kecil mudah terabaikan kalau anda berfikir mengenai dunia organisasi dan manajemen.

  1. Kewirausahaan

Kewirausahaan berbeda dari manajemen. Kewirausahaan adalah fenomena yang terputus-putus, muncul untuk mengawali perubahan dalam proses produksi, dan kemudian hilang sampai muncul lagi untuk mengawali perubahan yang lain. Fungsi yang spesifik untuk menjadi wisausahawan adalah kemampuan mengambil faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja dan modal, dan menggunakannya untuk memproduksi barang atau jasa baru.

Kewirausahaan mempuyai paling sedikit 4 manfaat sisial, yaitu ;

a. Kewirausahaan memperkuat pertumbuhan ekonomi.

Ada salah satu ahli ekonomi yang menyatakan bahwa perusahaan baru dan kecil tampaknya dapat menyediakan pekerjaan baru dalam ekonomi kita. Namun ada juga yang berpendapat bahwa tidak semua bisnis kecil menciptakan lapangan pekerjaan. Pencipta lapangan kerja adalah perusahan baru yang berkembang cepat pada usia mudanya.

b. Meningkatkan produktifitas.

yaitu kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dengan tenaga kerja dan input yang lain yang lebih sedikit. Dua kunci untuk produktifitas yang tinggi adalah penelitian dan pengembangan (Litbang) dan investasi dalam pabrik dan mesin baru.

c. Menciptakan teknologi, produk dan jasa baru.

Konsekuensi lain dari asosiasi antara kewirausahaan adalah peran yang dimainkan wirausahawan dalam memajukan teknologi, produk, dan jasa yang inovatif. Banyak orang yang telah mengembangkan teknologi atau jasa baru adalah karyawan dari perusahaan besar yang menolak penemuan yang sudah ada dan memaksa penemu menjadi wirausahawan.

d. Mengubah dan meremajakan persaingan pasar.

Bisnis kecil diciptakan oleh wirausahawan sebagai agen perubahan dalam ekonomi pasar dan daya saing dalam bisnis.

Wirausahawan mempunyai 2 Faktor yaitu :

  1. Faktor psikologi, antara lain :
    1. Kebutuhan untuk berprestasi.

Wirausahawan mempunyai kebutuhan untuk berprestasi.

    1. Letak kendali.

Setiap wirausahawan harus mengendalikan hidup mereka sendiri bukan berdasarkan keberuntungan atau nasib.

    1. Toleransi terhadap resiko.

Wirausahawan harus berani mengambil resiko untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

    1. Toleransi terhadap keragu-raguan.

Wirausahawan lebih banyak menghadapi keragu-raguan dalam menjalankan usahanya karena untuk pertama kalinya dilakukan.

    1. Tingkah laku tipe A.

Wirausahawan berani melakukan lebih banyak dengan waktu yang lebih sedikit walaupaun ditentang banyak orang.

  1. Faktor sosiologi, biasanya meliputi :
    1. Ras
    2. Etnik
    3. Seksual

BAB IV

REKAYASA ULANG PERUSAHAAN

Pendekatan muktahir yang palin banyak dipublikasikan untuk memperbaiki organisasi adalah kebiasaan “rekayasa ulang perusahaan” (reengineering the corporation), seperti yang dipakai oleh Michael Hammer dan James Champy untuk judul buku mereka. Rekayasa ulang termasuk penilaian ulang yang signifikan mengenai apa arti mengenai apa arti sebenarnya dari organisasi tertentu.

Organisasi dapat cenderung mengalami stagnasi kalau anggota organisasi, termasuk manajernya memfokuskan pada ‘tetangga’ langsung mereka, seperti pekerjaan dan departemen mereka bukanya pada pola hubungan yang luas tempat mereka bekerja dan mempengaruhi hidup orang lain. Jadi rekayasa ulang meliputi mendefinisikan ulang proses sebagai pola hubungan yang menghubungkan anggota organisasi dengan orang diluar organisasi. Rekayasa ulang menjadi perlu kalau pekerjaan individual sudah ditentukan dengan baik dan dilaksanakan dengan baik pula. Pengaruh gabungan pada orang lain dari usaha tersebut tidak efisien untuk organisasi dan tidak memuaskan pelanggan dan orang lain.

Rekayasa ulang berarti memikirkan ulang secara radikal dan mendesai ulang proses yang kita gunakan untuk menciptakan nilai (bagi pelanggan) dan melaksanakan pekerjaan. Kecepatan, mutu jasa, serta biaya umum dan administrasi sebagai isu persaingan penting yang dewasa ini dapat digarap dengan rekayasa ulang. Hammer mengatakan ciri khas perusahaan yang benar-benar sukses adalah kemampuanya untuk menghentikan apa yang dulu pernah sukses. Di dunia ini tidak ada rumus yang selalu berhasil.

Rekayasa ulang merupakan organisasi beralih pola hubungan, bukan wujud yang tertentu seperti mesin dan bangunan. Tom Petter, pengarang buku ‘In Search of Excellence” , telah mempelajari puluhan kasus yang organisasinya di beri wewenang untuk menciptakan ide, produk, serta hubungan baru. Pemberian wewenang itu disebut sebagai manajemen pembebasan, berasal dari organisasi fleksibel dan lebih penting sikap manajemen yang bias terhadap usaha kreatif manusia.

Disusun oleh :

§ ARI OKTAVIANI (2005101104)

§ BERNADETA NIA (2005101107)

§ ROSITA ISMAULI (2005101154)

§ TITIS TAMI ASTRIA (2005101120)

Rabu, 31 Juli 2019

3 Cara Efektif Membuang Rasa Malas

AZAN shubuh sudah berkumandang, tetapi Herman masih enggan bangun. Sekejap terdengar olehnya suara rintik hujan. Dan, seketika itu ia langsung menarik selimutnya lagi dan tidur lagi. Begitulah Herman setiap paginya.
Lain halnya dengan Hendra. Meski ia tidak pernah terlambat sholat Shubuh, ia selalu terlambat berangkat ke sekolah. Bukan karena apa-apa. Ia agak enggan melepas gad-get-nya setiap usai sholat Shubuh. Begitulah Hendra setiap paginya.
Sementara itu Humam, ia suka sekali mengerjakan apapun menjelang deadline (batas akhir). Ia memang sering mengatakan bahwa dirinya tak pernah mampu mengatur waktu, sehingga selalu saja mengerjakan apapun yang penting setelah benar-benar dekat deadline.
Sahabat, ketiga anak muda tadi mengidap satu penyakit yang sama, meski beda bentuknya, yakni malas. Umumnya, penyakit mental ini banyak menerpa kalangan muda, terutama kala mereka harus melakukan apa yang sudah mereka pahami sebagai suatu hal yang mesti disegerakan. Tetapi, bukan berarti semua yang sudah tak muda lagi telah terbebas dari sifat malas ini.
Malas bisa menyerang siapa saja dan kapan serta dimana saja. Oleh karena itu, ayuk kita kenali bersama-sama apa malas itu dan mengapa malas itu hadir serta bagaimana cara mengusirnya.
Dalam satu bahasan psikologi malas itu diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan.
Wujudnya bisa bermacam-macam. Diantaranya adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban, dan selalu mencari alasan-alasan pembenaran. Tentu saja, sikap seperti itu merupakan perilaku negatif yang sangat merugikan, baik masa kini lebih-lebih masa depan.
Pertanyannya, mengapa malas itu hadir? Ada banyak sebab. Meski pada prinsipnya malas juga bagian dari sifat bawaan manusia. Tetapi, dalam hal ini kita tetap perlu mengetahui, mengapa malas itu hadir.
Pertama, malas hadir karena hati kita lebih tertarik pada hal-hal yang mengasyikkan atau melenakan. Seperti tidur saat Shubuh, itu kan enak dalam pengertian malas. Kemudian main gad-get, itu kan asyik dan melenakan, sehingga tanpa terasa seseorang tanpa sadar dan penyesalan kehilangan waktu.
Kedua, malas hadir karena belum adanya kesungguhan hati untuk berkomitmen mendisiplinkan diri, baik dalam hal waktu, tugas, maupun ibadah. Kalau seseorang tidak benar-benar mengikrarkan diri dan berusaha mati-matian untuk disiplin alias tidak malas, sampai kapanpun malas akan mudah menyerang.
Ketiga, faktor pergaulan. Bagaimana kita mau disiplin belajar, ibadah dan mengerjakan tugas sekolah, kalau kita bergaulnya sama orang-orang yang malas, suka hura-hura dan sebagainya.
Mengusir Malas
Kalau begitu bagaimana cara mengusir malas? Secara teori baik dalam tinjauan psikologis dan motivasi banyak cara. Tetapi, coba deh resep yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam.
3 Cara Efektif Membuang Rasa Malas, memahami konsep waktu. “Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah waktu sehatmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu.” (HR. Imam Bukhari).
Pahami benar pentingnya waktu. Kalau ada hal paling misteri di muka bumi ini, itulah waktu. Mengapa kita tidak boleh menunda apalagi malas, karena waktu tak ada yang bisa jamin. Dan, boleh jadi saat kita menunda suatu pekerjaan pada suatu waktu, eh ternyata kala waktu itu tiba, datang kesibukan lainnya. Akhirnya apa? Ya ujung-ujungnya, semua gak ada yang terlaksana. Jatuh deh kredibilitas diri kita.
Oleh karena itu, kita harus benar-benar memahami konsep waktu ini dengan baik. Sebab waktu tak akan pernah bisa kembali. Itulah mengapa Imam Ghazali mengatakan yang terjauh dari hidup kita itu adalah waktu.
Kedua, milikilah mental bersegera dalam kebaikan dan ampunan-Nya. Setelah memahami pentingnya waktu, ikutilah perintah Allah Ta’ala untuk kita bersegera dalam kebaikan dan ampunan Allah Ta’ala. Ya, kalau dengar adzan, berjuanglah untuk bisa sholat tepat waktu, syukur berjama’ah ke masjid.
Ketiga, berdoalah kepada Allah Ta’ala. Trik dan tips apapun tidak akan benar-benar menyelamatkan diri kita dari malas jika tanpa pertolongan Allah kepada kita.
Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam mengajarkan kita sebuah doa agar dilindungi dari sifat malas.
“Ya Allah ya Tuhan kami, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu daripada keluh kesah dan dukacita, aku berlindung kepada-Mu dari lemah kemauan dan malas, aku berlindung kepada-Mu daripada sifat pengecut dan kikir, aku berlindung kepada-Mu daripada tekanan hutang dan kezaliman manusia.” (HR Abu Dawud). Wallahu a’lam.*