---:::SIGMA KOMPUTER MITRA PROFESIONAL SOLUSI SERVICE KOMPUTER / LAPTOP ANDA HUB WA: 0812 9304 3286:::----

Sabtu, 25 Januari 2025

Irwan Hidayat, Sosok di Balik Kesuksesan Sido Muncul



 

Selasa, 16 Februari 2010 13:26

Bagi penikmat jamu nama Sido Muncul tentu tidak asing lagi di telinga. Hampir semua kedai jamu dan toko kelontong menjual produk-produk Sido Muncul seperti Kuku Bima dan Tolak Angin. Belum lagi iklannya yang kerap menghampiri baik di televisi, radio maupun media luar ruang.

Sido Muncul menjadi besar tidak terbangun sendirinya. Butuh waktu bertahun-tahun untuk membuat Sido Muncul eksis sebagai perusahaan jamu yang setara dengan industri farmasi lainnya. Bagaimana tidak, produk-produk Sido Muncul telah terbukti secara klinis karena dibuat di laboratorium di bawah pengawasan para ahli obat-obatan. Bahkan pada tahun 2000, pemerintah telah memberi lisensi Cara Pembuatan obat yang Baik ( CPOB) kepada perusahaan yang dirintis sejak November 1951 oleh Ny. Rakhmat Sulistyo, nenek dari Bos Sido Muncul, Irwan Hidayat,

Awalnya, Sido Muncul tidaklah terlalu istimewa, sama saja seperti industri jamu lain yang ribuan jumlahnya dengan beragam merek. Irwan Hidayat bersama empat orang adiknya sebagai generasi ketiga pemilik Sido Muncul, menerima warisan perusahaan pada tahun 1972 yang sesungguhnya sedang dalam keadaan kurang menguntungkan. Perusahaan menanggung utang dan hampir tak memiliki aset yang berarti. Utang bahan baku, kalau dihitung-hitung, itu setara dengan 30 bulan omzet perusahaan. Aset pabrik hanya 600 meter persegi, itupun tanpa memiliki sebuah mesin.

Sebagai bisnis keluarga yang dikelola turun-temurun, Irwan Hidayat mencoba tetap bertahan menghadapi pasang surut bisnis jamu. Dia percaya akan ada titik terang yang akan mencerahkan harapan dan kepercayaannya kepada industri jamu. Irwan berharap masyarakat masih akan memberikan kepercayaan kepada jamu. Tetapi hingga tahun 1993 perusahaan jamu yang ia pimpin masih berjalan sangat lambat, karena banyaknya persaingan dari perusahaan jamu lainnya, baik yang home industri maupun perusahaan yang lebih mapan yang jumlahnya mencapai ratusan dengan ribuan produk jamu. Irwan bingung, bagaimana agar usaha jamunya berkembang. Sampai kemudian ia bertemu dengan orang gila, yang menyebutkan terus terang, bahwa jamu yang dibuat Irwan Hidayat pahit, tidak enak, sama seperti jamu lainnya. Irwan kemudian berpikir keras bagaimana membuat jamu yang disukai dan berbeda dengan produk jamu lainnya.

Keadaan itu memacunya mencari terobosan-terobosan baru untuk mengangkat ”gengsi” Sido Muncul agar berbeda dengan jamu lainnya. Jika pabrik farmasi punya dokter, obat-obatan dari Cina punya sinshe sebagai pengobat, namun tidak demikian dengan jamu. Tidak ada pengobat yang dapat menjadi pamer bagi industri jamu untuk “memasarkan” produknya. Ketiadaan pengobat ini yang harus diatasi oleh industri jamu, yaitu dengan membangun kepercayaan publik bahwa jamu juga punya kredibilitas dalam hal kebersihan, uji toksisitas dan syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh obat.

Untuk itu, terobosan harus dilakukan. Tahun 1997, saat banyak industri terseok-seok menghadapi badai krisis yang melanda Indonesia, PT Sido Muncul justru mencanangkan pembangunan pabrik dengan sertifikasi industri farmasi, dan laboratorium yang terstandarisasi sebagai laboratorium farmasi.Di areal seluas 32 hektar dibangun laboratorium seluas 3.000 meter persegi dengan biasa Rp 2,5 miliar dan pabrik seluas tujuh hektar, termasuk pabrik mi. Kini di areal itu juga dikembangkan sarana agrowisata seluas 1,5 hektar.

“Modalnya nekat. Ketidaktahuan justru menyelamatkan saya. Saat itu saya tidak punya utang dolar AS. Tetapi, karena tidak tahu, dari Rp 15 miliar yang dianggarkan, biaya pembangunan pabrik membengkak sampai Rp 30 miliar,” kata Irwan. Tetapi kenekatan itu kini membuahkan hasil. Tahun 2000 Departemen Kesehatan memberikan sertifikat CPOB kepada PT Sido Muncul. Padahal selama ini industri jamu hanya mendapatkan sertifikat CPOB. Dengan CPOB “gengsi” jamu terangkat menjadi setara dengan obat. Atau, paling tidak jamu menjadi obat alternatif yang terbukti dapat diuji secara klinis keabsahan dan keilmiahannya sebagai obat.

Dengan CPOB terbuka pula pasar yang seluas-luasnya bagi setiap jamu produksi Sido Muncul. PT Sido Muncul kini memiliki 150 item produk jamu baik yang bermerek maupun yang generik. Sedikit diantara produk bermerek unggulan Sido Muncul, antara lain Kuku Bima, Tolak Angin, Kunyit Asem, Jamu Komplit, Jamu Instan, STMJ, Anak Sehat, dan lain-lain. Sido muncul pun siap melangkah ke pasar global.

Sido muncul mulai mengembangkan pemasarannya ke luar negeri. Hongkong, masuk ke pasar China, meski tidak mudah, karena pemerintah China sangat melindungi industri obat-obatan tradisionalnya. Irwan harus bisa membuktikan bahwa produknya lebih baik dari yang dimiliki China. Keberhasilan menembus pasar negara asing akan menjadi gaung yang berbalik untuk meningkatkan kepercayaan pasar dalam negeri.

Untuk memperluas pasar di dalam negeri, dilakukan diversifikasi produk dengan mengembangkan produk “brand”, yaitu minuman dalam bentuk serbuk. Potensi di pasar minuman kesehatan ini masih terbuka luas, dan pemainnya masih terbatas, tidak sehiruk-pikuk jamu

Selain itu, dilakukan langkah-langkah untuk membangun pasar secara vertikal. Jika selama ini jamu sering kali diidentikkan dengan kalangan masyarakat di lapisan menengah bawah, kini dibangun citra bahwa jamu juga milik kelompok masyarakat menengah atas.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar